Sejarah Islam Di Minangkabau Pdf
Oct 25, 2018 - Buku Sejarah Minangkabau. Sejarah Islam Di Minangkabau Pdf Reader. 4 the province included the offshore Riau Islands, a large group of. Sejarah Perkembangan Pemurnian Islam di Indonesia. Yang mau donlot bisa berkunjung kesana atau langsung donlot disini dengan format pdf yang terbagi pada 6.
Hal ini membuktikan pula akan kehadiran tokoh itu dalam sejarah Minangkabau. Pada awalnya agama Islam di Minangkabau tidak dijalankan secara.
Kerajaan Minangkabau di Sumatera Tengah telah lama dianggap sebagai suatu paradox. Para penjelajah pertama yang datang ke daerah ini melukiskan penghormatan Raja Minangkabau yang diperoleh dari orang-orang Melayu yang tinggal di Nusantara. Sekali pun mahsyur, orang asing menemukan kesulitan memahami dan menjelaskan landasan kekuasaan Kerajaan Minangkabau. Para penguasa Minangkabau Berkediaman di pedalaman dan pegunungan Sumatera tengah, Raja Minangkabau jarang nampak oleh rakyat pesisir dan hanya sekali di abad 17 penjelajah Eropa berani mengunjungi Raja Minangkabau sebelum inti dinastinya dihancurkan para reformis Islam awal abad ke 19. Pancaran ghaib di sekitar penguasa di pegunungan menjengkelkan pemerhati Eropa yang sedikit mengurangi kekuasaan ‘nyata’ dan melukiskan mereka dengan istilah menghina sebagai ‘ulama’ dan ‘imam Raja’. Menurut seorang penulis Eropa Raja Minangkabau adalah ‘Raja tanpa tentara: dalih Raja terburuk yang pernah dikenal Dunia’. Walau pun demikian pengaruh sesama penguasa sangat jelas karena mereka terbukti sangat dekat di hati dan pikiran rakyatnya.
William Marsden memperhatikan bahwa pada akhir abad 18 “Negeri Minangkabau dianggap sebagai kedudukan tertinggi di dalam kewenangan penduduk dan agama di Timur, dan kemudian berlayar ke Mekah untuk kunjungan internasional, meterai orang terpelajar, dan diberkati sifat kesucian tertinggi”. Raja-Raja Minangkabau mengaku keturunan Iskandar Zulkarnain atau Alexander Yang Agung. Mereka menyatakan bahwa bentukan kampung halaman mereka di Sumatera setua penciptaan Dunia. Adityawarman Sementara rincian tetap mengenai asal-usul martabat Minangkabau tertelan waktu, Raja Minangkabau yang sangat termasyhur mungkin yang menjadi leluhur dinasti Kerajaan, yaitu adityawarman, Raja kuat penuh semangat yang berkuasa di Sumatera Tengah antara tahun 1347 dan 1374.
Ia meninggalkan banyak prasasti yang menyanjung kekuatan dan kejayaan Pemerintahannya. Banyak prasasti yang ditulis di dalam bahasa Sansekerta dan Melayukuno, belum diuraikan. Apakah benar bahwa Adityawarman mempertegas peran kekuatan batin yang diperoleh melalui upacara tantri sebagai unsur utama kekuasaannya. Adityawarman pemuja Kalacakra, suatu sinkretis Siwa-Buddha yang meliputi korban dan upacara persekutuan dengan Bhairawa (dari Siwa) dan sakti-nya untuk mencapai kebenaran tertinggi dan penyatuan melalui persatuan tubuh.
Prasasti menuturkan upacara keagamaan sedemikian rupa sehingga melukiskan Adityawarman sebagai Raja menakutkan sekaligus pemurah. Ia maharaja ‘mutlak’, sebaliknya juga mendatangkan kemakmuran kepada seluruh rakyat karena ‘kesejahteraan senantiasa di benaknya’.
Kerajaan Minangkabau kaya emas, menambah daya tarik para pedagang dan nakhoda yang mengunjungi Nusantara. Di dalam prasasti Adityawarman menyebut negerinya sebagai ‘ swarnadwipa’ (Negeri emas) dan dirinya sebagai ‘Raja Negeri emas’. Di kemudian hari para Raja Minangkabau menekankan pentingnya emas, pengumpulan yang dikatakan suatu cadangan Kerajaan. Negeri yang ditulis di dalam bahasa Sansekerta sebagai ‘ swarnadwipa’ diartikan sebagai ‘Pulau emas’ di dalam bahasa Melayu, dan sejumlah benda suci terbuat dari emas disimpan para Raja. Emas, dan juga lada, menarik perhatian pedagang Eropa, terutama Portugis dan Belanda yang pada abad 16 dan 17 berusaha menjalin hubungan dengan penguasa tanah emas di pedalaman Sumatera. Hubungan antara Belanda dan Raja-Raja Minangkabau Pada tahun 1660-an, persekutuan dagang Hindia Belanda Timur (VOC) menempatkan diri di pantai Barat Sumatera dan memulai hubungan luar biasa dengan istana Minangkabau.
Hubungan ini merupakan jalan VOC untuk mengatur kawasan pantai atas nama Raja di pedalaman, sebaliknya VOC mengakui kedaulatan Kerajaan dan memberi upeti secara teratur kepada istana. Belanda bernaksud menggunakan kewibawaan dan nama Kerajaan Raja Minangkabau sebagai alat berunding dengan penduduk setempat, petunjuk bahwa Raja Minangkabau melihat pendekatan ini di dalam pengertian hubungan tradisional antara Raja dan bawahan, dan menerima hadiah VOC sebagai upeti. Kehadiran Belanda di Sumatera Barat sama sekali tidak menghapus hubungan antara penduduk pantai dan istana di pedalaman. Sebaliknya hal ini memperkuat hubungan tersebut. Sebagaimana kegiatan monopoli perdagangan VOC menjadi lebih berat, utusan dari pantai Barat berkunjung ke pedalaman untuk minta bantuan dan kepemimpinan istana. Antara akhir abad 17 dan awal abad 18 para pangeran Minangkabau dan utusan istana memimpin perlawanan perluasan VOC di Sumatera, dan selanjutnya ke Malaka, Ambon dan Jawa.